Kata-kata:

"Sejelek-jeleknya tulisan/catatan/postingan, adalah sebaik-baiknya ingatan. "(anonim).

Sunday, May 20, 2012

Gelora Kemauan

Hikmah tasawuf dari Syekh Athailah al-Sakandariy dalam al-Hikam-nya:
“Sawaabiqul himam la takhriqu aswaara al-aqdaar”
(Himmah) kerasnya semangat perjuangan tidak akan dapat menembus tirai takdir.

Kemauan  keras (himmah Sawabiq) termasuk suatu kekuatan yang dimiliki manusia atas izin Alloh untuk memperoleh sesuatu yang dicari dalam kehidupan duniawi. Kemauan ini adalah pendorong untuk memperoleh suatu cita-cita. Namun demikian semangat dan cita-cita hamba Allah, tetap berkaitan erat dengan iradah dan izin Allah (takdir Allah Ta'ala).

Pada akhirnya segala kekuatan yang dimiliki manusia itu terbatas dan akan tertambat pada kehendak dan takdir Allah Ta'ala. Karena cita-cita yang keras dan bersemangat tidak mampu menerobos takdir Allah Swt.

Akan tetapi dalam banyak hal, ketika seoarang merasakan adanya kemauan dalam dirinya untuk mendapatkan apa yang ia cita-citakan, maka kemauan keras itu hendaklah tersalurkan bersama gerakan iman yang memenuhi seluruh kalbunya. Karena iman inilah yang akan mengatur himmah yang dimiliki oleh seseorang. Apakah ia tunduk kepada takdir Allah ketika ia telah melaksanakan panggilan himmah-Nya ataukah ia menolak. Apabila ia menerima qada dan qadar Allah, setelah si hamba berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka itulah iman yang sesungguhnya. Menerima qada dan qadar Allah membuat orang beriman menjadi tenang. Ia tidak berputus asa dan tidak menyesali dirinya. Ia pun tidak berprasangka buruk kepada Allah dan kepada manusia. Kehendak Allah itulah yang akan berlaku dalam perjalanan hidup manusia. Kemauan dan cita-cita yang bergelora, tidak mampu menghancurkan qada dan qadar Allah Swt.

Manusia berada di antara ikhtiar dengan qada dan qadar Allah. Berlomba mengejar takdir dengan ikhtiar dan doa. Hanya Allah yang Maha Mengetahui nasib manusia dan menentukan hasilnya. Apa yang diperoleh manusia setelah ikhtiar dan berdoa itulah takdir sebenarnya.

Takdir Allah adalah masalah gaib. Hanya Allah Ta'ala yang mengetahui. Dalam hal ini Allah Swt. berfirman, "Dan di sisinyalah alam gaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Dia(Allah) sendiri." (QS.Al An'am:59)

Semua peristiwa hidup ini berjalan di atas rencana dan program Allah. Tidak akan terjadi apa pun di bumi, semuanya atas kehendak Allah Ta'ala belaka. Al-Qur'an mengatakan lagi bahwa tidak akan terjadi segala sesuatu, kecuali sesuai kehendak Allah.

Takdir adalah ketentuan akhir dari Allah Swt. untuk manusia. Apabila Allah telah menetapkan takdir itu, tak seorangpun yang mampu menolak, ataupun menundanya. (QS. Fatir:21)

Manusia tidak mengandalkan angan-angannya untuk menjangkau kehendak dan cita-citanya. Sebab setelah ikhtiar manusia akan dihadapkan kepada kenyataan yang sebenarnya. Itulah takdir Allah. Kemuliaan ibadah seorang hamba adalah pada keadaan akhir, ketika ia dengan ikhlas menerima ketentuan Allah Swt. Demikian juga halnya tentang rezeki yang telah ditentukan pembagiannya oleh Allah Swt.

Syekh Ahmad Atailah, bahwasanya seorang hamba hendaknya tekun kepada yang telah dijaminkan Allah kepadanya dan mampu menjadikannya sebagai ibadah. Sedangkan orang yang tidak istiqomah adalah orang yang lalai terhadap yang telah dijaminkan oleh Allah untuknya.

Allah Ta'ala telah menciptakan rahmat sebagai anugerah baginya atas semesta alam, terbagi untuk semua makhluk. Rahmat dan kasih sayang Allah itu tidak pandang siapa dan apapun melihat beraneka ragam pemberian dan karunia. Rahmat Allah itu tidak terbatas, berjalan sepanjang hidup manusia dan selama berkembangnya dunia ini. 

Allah Ta'ala berfirman, "Tiada satu makhluk melata pun di muka bumi ini, kecuali telah disediakan Allah rezeki untuknya."(QS. Hud:6)
====================================================================

0 comments: